Kamis, 26 April 2018

Dari Kegagalan Manusia Belajar


Sebagian orang menilai jatuh terpuruk adalah kondisi yang mampu memicu rasa terpukul yang amat dalam bagi diri mereka. Namun, bagi saya berada di titik terendah adalah awal dimana harapan akan keberhasilan itu kembali ada, bahkan memiliki kekuatan yang jauh lebih dahsyat. Bagi saya kegagalan itu bagaikan bermain di atas sebuah trampoline, semakin dalam saya jatuh maka ketinggian yang dicapai akan semakin optimal. Melalui titik terendah dalam hidup saya, saya mampu melihat dunia melalui berbagai sisi yang hampir tidak mampu dipahami oleh orang orang pada umumnya. Ya, tentu saja oleh orang orang yang belum pernah mencapai titik terendah di hidup mereka.

Motivasi terbesar yang mampu menuntun langkah saya untuk terus menimba ilmu setiap harinya adalah kegagalan yang pernah saya lalui. Saya pernah di hadapkan pada sebuah situasi dimana saya banyak menyia-nyiakan waktu kuliah saya. Saya membuang banyak waktu untuk hal yang hingga kini tidak memberikan sebuah value atau achievement apapun dalam diri saya. Saya hanya menjadi penonton atas kesuksesan orang lain tanpa mampu membuat sesuatu yang besar untuk hidup saya. Hanya satu pertanyaan yang terus timbul dalam benak saya, bagaimana bisa saya membuat sebuah achievement dalam hidup saya di kala untuk menyelesaikan pendidikan saya tanpa mengulang mata kuliah saja rasanya sulit sekali terwujud?
Nyatanya semua hal yang kita ingin wujudkan bukan sesuatu yang berdasar pada pertanyaan ‘bagaimana untuk mencapainya?’, tapi semua akan terwujud dengan sebuah usaha dan sejauh mana kita mampu untuk melawan titik terendah yang mencoba menarik kita kedalam lubang kegagalan yang semakin dalam. Semua pernyataan ini mungkin terlihat klise ketika pada kenyataannya sebuah kegagalan memang akan menghimpit kita, hingga seolah tak ada sedikitpun celah bagi kita untuk menemukan jalan keluar. Hingga pada akhirnya hanya rasa putus asa yang akan tercipta. 
Namun ketahuilah saya memiliki sebuah keyakinan dalam diri saya tentang ‘the power of hopeless’. Ya, tentu saja itu semua terdengar lucu, namun hampir semua orang tidak menyadari bahwa mereka pernah melakukan hal itu dalam hidup mereka. Singkatnya, manusia bahkan hampir semua makhluk hidup memiliki naluri yang sangat kuat untuk bertahan dalam kondisi yang berpotensi membahayakan hidup mereka. Kecerdasan serta ketangkasan mereka akan bertambah berkali lipat saat mereka dihadapkan pada kondisi tersebut. Begitupun hal yang saya coba terapkan dalam proses belajar saya yang dapat dikatakan sudah cukup gagal.
Saya menjadikan kegagalan saya dalam menyelesaikan beberapa mata kuliah adalah sebuah ancaman dalam hidup saya, tentu saja kegagalan yang saya maksud bukan hanya gagal untuk lulus mata kuliah tersebut. Tapi kegagalan yang paling nyata dan seolah terus menghantam diri saya adalah ketika melihat teman teman saya terus melangkah maju sedangkan saya masih berupaya untuk kesekian kalinya berjuang pada mata kuliah yang sama, dan tentunya dengan teman kelas yang jauh lebih muda usianya. Sungguh, kala itu saya sempat berpikir untuk menyerah saja dengan semuanya. Karena saya tau, saya telah gagal dan sulit bagi saya untuk menata semuanya kembali.
Namun seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kegagalan adalah ancaman bagi saya. Semua kegagalan yang terjadi dalam kehidupan perkuliahan saya berawal dari diri saya sendiri. Saya yang telah membuang banyak waktu dan menyepelekan setiap kewajiban yang seharusnya saya kerjakan, tentu wajar saja bukan jika kegagalan menghampiri saya? Berada pada titik terendah dengan penuh rasa putus asa akhirnya melahirkan banyak keinginan baru dalam hidup saya, keinginan untuk berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya bisa untuk melesat jauh lebih tinggi, karena kegagalan yang telah saya lalui sebelumnya mengajarkan saya untuk tidak akan kembali pada titik itu.
Saya terus memenuhi diri saya dengan berbagai cara untuk menaikkan value dalam diri saya, dan memanfaatkan setiap waktu yang saya miliki. Karena saya tau waktu takkan bisa di ulang, dan apapun yang saya lakukan hari ini akan menentukan kehidupan saya di masa depan. Saya tidak pernah membenci kegagalan yang pernah saya lalui, karena kegagalan menuntun saya untuk mengerti cara hidup, meskipun ada segelintir dari kita yang mengartikan kegagalan menuntun kita untuk berhenti hidup. 

“Time is free, but it’s priceless. You can’t own it, but you can use it. You can’t keep it, but you can spend it. One you’ve lost it, you can never get it back.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar